Minggu, 08 September 2013

Tugas Kuliah 1 Bahasa Indonesia

Tugas Kuliah 1 Bahasa Indonesia
oleh Tiara Indra Saraswati

Pendapat tentang Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku

Sebagai makhluk sosial, tentu saja kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan bermasyarakat, khususnya berkomunikasi satu sama lain agar kebutuhan sehari-hari pun dapat terpenuhi dengan baik. Bahasa merupakan alat atau media yang digunakan oleh setiap individu agar dapat melaksanakan kegiatan komunikasi tersebut.
Dengan beragamnya kelas sosial dalam masyarakat, tentu saja kita akan lebih terbiasa untuk memilah ataupun memilih bentuk bahasa yang seharusnya di gunakan pada saat berlangsungnya kegiatan komunikasi, yakni bahasa baku dan bahasa tidak baku.
Bahasa baku merupakan bahasa yang kaidahnya terbentuk secara benar, baik, efektif serta sangat di perhatikan ejaan yang disempurnakan (EYD). Selain itu, bahasa baku cenderung lebih halus atau enak didengar oleh telinga, apabila dibandingkan dengan bahasa tidak baku. Contoh kalimat bahasa baku adalah Saya sedang melakukan penelitian tentang Hama Pertanian. Meskipun bahasa baku lebih jarang digunakan oleh masyarakat, namun bahasa baku amat penting kegunaannya. 
Bahasa baku biasanya digunakan apabila kita sedang berhadapan dengan orang-orang tertentu. Misalnya rekan kerja, guru, dosen, orang yang lebih tua, dalam menulis tugas atau makalah dan sebagainya. Atau kita dapat pula menggunakan bahasa baku dengan melihat dari situasi dan kondisi dimana kita akan berkomunikasi. Misalnya saat sedang rapat. Tidak mungkin kita menggunakan bahasa yang tidak tersusun dengan baik atau bahasa tidak baku.
Bahasa tidak baku merupakan bahasa yang kaidahnya tidak memperhatikan bentuk bahasa secara benar dan baik, serta ejaan yang disempurnakan (EYD) kalimat yang digunakan. Bahasa tidak baku cenderung lebih sering digunakan oleh masyarakat karena terbilang sangat ringan, tidak monoton, dan lebih meng-akrab-kan. Selain itu, biasanya akan tercipta kosakata-kosakata baru dalam masyarakat, dan uniknya setiap kalangan memiliki khasnya yang beragam. Misalnya kata  gue, lo, ane, dan lain sebagainya. Contoh kalimat bahasa tidak baku adalah Gue lagi neliti tentang Hama Pertanian nih.
Bahasa baku maupun bahasa tidak baku selalu mendominasi di dalam pergaulan bermasyarakat. Pada dasarnya, apabila kita ingin diterima secara baik dalam masyarakat, kita diharuskan untuk pintar-pintar memilih bentuk bahasa baku atau bahasa tidak baku yang akan digunakan. Meskipun kita sedang tidak menggunakan bahasa baku, tetap harus diperhatikan kata ataupun kalimat yang digunakan agar sesuai dengan kaidah, peraturan, dan norma tertentu (kesopanan dalam berbahasa, dan lain sebagainya).

Berdasarkan dua versi butir ke-3 Sumpah Pemuda, yaitu Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia dan Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbahasa yang satu, bahasa Indonesia, menurut pendapat saya pernyataan yang benar adalah Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
 Dapat dikatakan benar apabila dilihat dari faktor eksternal dan faktor internalnya. Faktor eksternal yakni dengan memperhatikan bahasa dan pemilihan kata yang digunakan. Didalamnya disebutkan bahwa menjunjung tinggi bahasa persatuan, dapat diketahui bahwa menjunjung tinggi bahasa persatuan merupakan bentuk bahasa yang baku, dibandingkan dengan mengaku berbahasa yang satu. Penggunaan kata menjunjung tinggi bahasa persatuan kaidahnya terbentuk secara benar, baik, efektif serta sangat di perhatikan ejaan yang disempurnakan (EYD). Sedangkan penggunaan kata mengaku berbahasa yang satu kaidahnya kurang efektif dan terbilang tidak baku.
Selain itu, faktor internalnya yakni dengan memahami makna atau maksud perkata yang terkandung didalamnya. Makna menjunjung tinggi bahasa persatuan tentu lebih dalam dibandingkan dengan mengaku berbahasa yang satu. Menjunjung tinggi bahasa persatuan maksudnya adalah generasi muda tentu akan menjunjung dan menempatkan bahasa Indonesia di urutan paling atas serta tidak akan ada bahasa-bahasa daerah dari manapun yang akan setara kedudukannya. Karena masyarakat Indonesia datang dari berbagai macam suku dan daerah, tentu akan terlihat jelas perbedaan bahasa yang digunakan.  Namun, dengan terjunjungnya bahasa persatuan, bahasa Indonesia, maka memungkinkan adanya penyatuan berbagai suku bangsa dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan kebangsaan Indonesia. Sedangkan mengaku berbahasa yang satu bermakna bahwa generasi muda hanya mengakui berbahasa yang satu, bahasa Indonesia. Apabila hanya mengakui, maka memungkinkan bersatunya suku bangsa di Indonesia sulit untuk dicapai dari makna kalimat tersebut.