Tugas Kuliah 1 Bahasa Indonesia
oleh Tiara Indra Saraswati
Pendapat
tentang Bahasa Baku dan Bahasa Tidak Baku
Sebagai
makhluk sosial, tentu saja kita tidak akan pernah terlepas dari kegiatan
bermasyarakat, khususnya berkomunikasi satu sama lain agar kebutuhan
sehari-hari pun dapat terpenuhi dengan baik. Bahasa merupakan alat atau media
yang digunakan oleh setiap individu agar dapat melaksanakan kegiatan komunikasi
tersebut.
Dengan
beragamnya kelas sosial dalam masyarakat, tentu saja kita akan lebih terbiasa
untuk memilah ataupun memilih bentuk bahasa yang seharusnya di gunakan pada
saat berlangsungnya kegiatan komunikasi, yakni bahasa baku dan bahasa tidak
baku.
Bahasa
baku merupakan bahasa yang kaidahnya terbentuk secara benar, baik, efektif
serta sangat di perhatikan ejaan yang disempurnakan (EYD). Selain itu, bahasa
baku cenderung lebih halus atau enak
didengar oleh telinga, apabila dibandingkan dengan bahasa tidak baku. Contoh
kalimat bahasa baku adalah Saya sedang
melakukan penelitian tentang Hama Pertanian. Meskipun bahasa baku lebih
jarang digunakan oleh masyarakat, namun bahasa baku amat penting
kegunaannya.
Bahasa
baku biasanya digunakan apabila kita sedang berhadapan dengan orang-orang tertentu.
Misalnya rekan kerja, guru, dosen, orang yang lebih tua, dalam menulis tugas
atau makalah dan sebagainya. Atau kita dapat pula menggunakan bahasa baku
dengan melihat dari situasi dan kondisi dimana kita akan berkomunikasi.
Misalnya saat sedang rapat. Tidak mungkin kita menggunakan bahasa yang tidak
tersusun dengan baik atau bahasa tidak baku.
Bahasa
tidak baku merupakan bahasa yang kaidahnya tidak memperhatikan bentuk bahasa secara
benar dan baik, serta ejaan yang disempurnakan (EYD) kalimat yang digunakan.
Bahasa tidak baku cenderung lebih sering digunakan oleh masyarakat karena
terbilang sangat ringan, tidak monoton, dan lebih meng-akrab-kan. Selain itu,
biasanya akan tercipta kosakata-kosakata baru dalam masyarakat, dan uniknya
setiap kalangan memiliki khasnya yang beragam. Misalnya kata gue,
lo, ane, dan lain sebagainya.
Contoh kalimat bahasa tidak baku adalah Gue
lagi neliti tentang Hama Pertanian nih.
Bahasa
baku maupun bahasa tidak baku selalu mendominasi di dalam pergaulan
bermasyarakat. Pada dasarnya, apabila kita ingin diterima secara baik dalam
masyarakat, kita diharuskan untuk pintar-pintar memilih bentuk bahasa baku atau
bahasa tidak baku yang akan digunakan. Meskipun kita sedang tidak menggunakan
bahasa baku, tetap harus diperhatikan kata ataupun kalimat yang digunakan agar
sesuai dengan kaidah, peraturan, dan norma tertentu (kesopanan dalam berbahasa,
dan lain sebagainya).
Berdasarkan dua versi
butir ke-3 Sumpah Pemuda, yaitu Kami
putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia dan
Kami putra dan putri Indonesia mengaku
berbahasa yang satu, bahasa Indonesia, menurut pendapat saya pernyataan
yang benar adalah Kami putra dan putri
Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia.
Dapat
dikatakan benar apabila dilihat dari faktor eksternal dan faktor internalnya.
Faktor eksternal yakni dengan memperhatikan bahasa dan pemilihan kata yang
digunakan. Didalamnya disebutkan bahwa menjunjung
tinggi bahasa persatuan, dapat diketahui bahwa menjunjung tinggi bahasa persatuan merupakan bentuk bahasa yang
baku, dibandingkan dengan mengaku
berbahasa yang satu. Penggunaan kata menjunjung
tinggi bahasa persatuan kaidahnya terbentuk secara benar, baik, efektif
serta sangat di perhatikan ejaan yang disempurnakan (EYD). Sedangkan penggunaan
kata mengaku berbahasa yang satu kaidahnya
kurang efektif dan terbilang tidak baku.
Selain
itu, faktor internalnya yakni dengan memahami makna atau maksud perkata yang
terkandung didalamnya. Makna menjunjung
tinggi bahasa persatuan tentu lebih dalam dibandingkan dengan mengaku berbahasa yang satu. Menjunjung
tinggi bahasa persatuan maksudnya adalah generasi muda tentu akan
menjunjung dan menempatkan bahasa Indonesia di urutan paling atas serta tidak
akan ada bahasa-bahasa daerah dari manapun yang akan setara kedudukannya.
Karena masyarakat Indonesia datang dari berbagai macam suku dan daerah, tentu
akan terlihat jelas perbedaan bahasa yang digunakan. Namun, dengan terjunjungnya bahasa persatuan,
bahasa Indonesia, maka memungkinkan adanya penyatuan berbagai suku bangsa
dengan latar belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing ke dalam kesatuan
kebangsaan Indonesia. Sedangkan mengaku
berbahasa yang satu bermakna bahwa generasi muda hanya mengakui berbahasa
yang satu, bahasa Indonesia. Apabila hanya mengakui, maka memungkinkan
bersatunya suku bangsa di Indonesia sulit untuk dicapai dari makna kalimat
tersebut.