Minggu, 29 Juli 2018

Randomly, It's about father

Hari ini untuk kesekian kalinya sebagai wali untuk farera. Di sebuah pertemuan penting, tentang penentuan masa depannya. "Mau jadi apa dan seperti apa setelah lulus SMA? pilih kampus mana?"

Tapi sebenarnya bukan ini yang mau dibahas.
Ada cerita menarik yang akan aku bahas disini.

Tentang begitu tulusnya orangtua (yang dibahas adalah ayah) mengantarkan anak-anaknya ke seminar demi seminar, terkait masa depan anak mereka. Di hari libur yang semestinya dihabiskan untuk istirahat di rumah. Mereka rela dan sanggup untuk datang jauh-jauh, penuh semangat. Bahkan, aku bisa lihat, mereka punya semangat berlipat-lipat dibanding anak mereka. :") Darimana sumbu semangatnya itu? Ini gak lebay, mereka kelihatan capek.. I knew it. Ah.. cuma lihat mereka begitu antusias bertanya dan bolak-balik melihat rincian biaya saja udah membuatku marah. Marah kepada anak mereka yang kurang semangat, mengeluh, dan menjawab seadanya saja pertanyaan orangtua mereka. Padahal yang diurusin tuk siapa sih? :<

Di seminar pertama,
Ketika sedang menunggu farera dan peserta lainnya TO, aku duduk di dekat lapangan sekolah sendirian. Kemudian datang seorang bapak. Tersenyum, lantas aku dan bapak ini terlibat banyak sekali perbincangan. Mulai dari hal-hal kecil seperti tempat tinggal, kendaraan yang ditumpangi menuju lokasi, asal daerah, sampai yang paling serius seperti... beliau curhat sebagai sosok bapak.. 

Dari cerita beliau, aku bisa merasakan bagaimana rasanya seorang bapak akan selalu menyanggupi setiap inchi kebutuhan anaknya. Apapun, tanpa terkecuali. Beliau begitu sayang pada anaknya. Beliau ini seorang CEO, kontraktor, yang pernah kuliah perhotelan di Palembang (dapet kartu namanya :)). Beliau ini merencanakan, mendesign mall, bangunan-bangunan mewah (kurang lebih begitu). Beliau bilang, sebenarnya mudah saja memberikan semua kekayaannya untuk sang anak. Tapi, beliau perlu mendidik dan mempersiapkan sang anak supaya mempunyai daya juang dan tangguh (gak manja, dll)). Lantas aku tanya beliau, apa sang anak tau tentang ini. Suprisingly, beliau bilang tidak. Sama sekali tidak. Beliau sengaja, jika suatu hari anaknya sudah dinilai pantas, lantas semua kekayaannya akan langsung ke tangan anaknya. 

Beliau bilang apa?
"Saya kerja, cari rejeki untuk keluarga, untuk anak saya. Supaya hidupnya nanti tidak kesusahan, seperti saya dulu". 

Aku tanya,
"Kenapa begitu pak? apa semua ayah begitu?"

beliau balas,
"Semua ayah, orangtua... tidak mengharap satu peser pun untuk anak-anak mereka. Hanya ingin anak saya bahagia. Semua ayah begitu"

Mungkin percakapan yang ditulis diatas gak berarti apa-apa karna cuma tulisan. Kalau saja kalian bisa dengar dan lihat langsung. Tuluusss sekali masyaAllah....beliau sedikit menunduk, melihat ke arah tanah, suaranya bergetar.

Sedetik, ku langsung inget papa. Papa did it to his children too

Di seminar kedua, 
Ruangan langsung riuh, banyak ayah yang langsung beranjak dari kursi menuju meja registrasi. Beberapa disamping kanan-kiri. Aku sempat mengamati dan sesekali mendengarkan. Hari ini ku lihat sebagian besar diantar ayahnya. benar-benar banyak ayah. Ayah yang langsung menuju registrasi sudah pasti antusias langsung mendaftarkan anaknya untuk les. 

Sedangkan beberapa masih tetap di kursi, membolak-balik selembaran kertas berisi rincian fasilitas les dan biaya. Disamping ayah, ada sang anak yang sibuk juga ikut melihat dan sesekali menunjuk kertas sambil bilang "Yang ini ya yah". Jelas sekali disana tertulis grade kelas les dengan harga dari yang termahal sampai termurah. Langsung ku lihat ekspresi sang ayah. Ada yang langsung cerah karena merasa sependapat, ada juga yang cuma tersenyum sambil terus melihat rincian di grade yang lainnya. 

Aku tahu, setiap ayah ingin sekali memberikan yang terrrrrbaik untuk anaknya. Tapi itu semua gak mudah, perlu faktor-faktor pendukung seperti uang. Kadang anak gak pernah paham. Maksud senyum ayah mereka dan keadaan ayah mereka. Termasuk aku sendiri sih.. 

Sedih.. lihat seorang ayah begitu.. Disamping ingin memenuhi kebutuhan terbaik anak mereka, tapi terkadang banyak kondisi yang sulit dijelaskan dan tidak akan pernah dijelaskan langsung pada sang anak. Melihat bagaimana raut muka ayah ini, langsung juga ku teringat papa. 

Yang lebih membuatku sedih lagi adalah...seseorang yang aku wali-kan ini sudah tidak punya ayah. hmmh. Kalau aja bisa kabur, mungkin udah ku lakukan dari awal. Pilih tempat aman untuk merenung dan nangis..

-------
Ada rasa sakit, sedih, bahagia, dan bangga setiap melihat seorang ayah yang beruban masih semangat dan kerja. Papa contohnya. Sekarang, aku jadi lebih mudah nangis karena hal seperti ini. Misal ada laki-laki beruban (like a father) harus jadi tukang ojek online, antri makanan di foodcourt atau dipinggir jalan. Jangan jauh-jauh... lihat papa lagi tidur aja aku nangis. Lihat payslip papa aja aku nangis. Nominal disana pasti tidak akan ada sebanding dengan segala jerih dan kesusahan yang papa terima di kantor. Tapi kenapa papa bisa sekuat itu dan masih bersikap lembut ke anaknya. :"(. Aku gak pernah nangis didepan papa atau mama (kecuali waktu baru lahir dan momen gak masuk snmptn, wkwk). Mama sudah pasti aku juga sayang, bangga dan tau kesakitannya selama ini. Tapi mama lebih ekspresif. Jadi lebih mudah untuk handle. Bukan, justru papa gak ekspresif sama sekali. Justru itu yang membuat bingung, sulit ditebak, ditambah papa so introvert. 

Sedih, menyesal, kecewa, dan marah. Sama diri sendiri. Karena takut selama ini papa butuh teman ngobrol, ingin anaknya ini yang diajak ngobrol. Tapi tetep beranggapan anaknya capek karena sekolah, dll. Padahal........ Pa, Please Do Care about yourself too :"" Selain mama, papa pun melakukan hal terbaik di dunia. Untuk keluarga dan anak-anak. :(

Sedih tapi masih beruntung karena papa dan mama sehat dan akan selalu sehat InsyaAllah.. gimana perasaan anak-anak yang kurang beruntung gak bisa lihat mereka?

Sekarang, InsyaAllah sejengkel apapun aku sama mama papa, tetap dua detik kemudian langsung maafin dan mengerti.. 

Randomly, I tell this bcs I do miss my father  (ofcourse mom and brother sister too). 

Cuma mau mereka sehat. InsyaAllah kita akan berkumpull juga kelak as a happiest family in jannah. Aamiin..