Alhamdulillah diberi kesempatan untuk menuangkan cerita kunjungan ke PT PTPN oleh prodi kampus. Ini dia tulisannya yang sudah di release di website prodi ITPBakrie:
http://bakrie.ac.id/en/prodi-ilmu-dan-teknologi-pangan/115-news-ub/field-vidit/field-visit-itp/1168-kunjungan-ke-pt-perkebunan-nusantara-viii-ptpn
http://bakrie.ac.id/en/prodi-ilmu-dan-teknologi-pangan/115-news-ub/field-vidit/field-visit-itp/1168-kunjungan-ke-pt-perkebunan-nusantara-viii-ptpn
Cerita Kunjungan ke PT
Perkebunan Nusantara VIII (PTPN)
Oleh
Tiara Indra Saraswati ITP 2013
PT
Perkebunan Nusantara VIII (PTPN) merupakan salah satu destinasi mahasiswa Ilmu
dan Teknologi Pangan (ITP) 2013 yang harus diikuti dalam memenuhi perkuliahan Praktikum
Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan. Tepat pukul 06.30 WIB pada 16 Maret 2016
lalu, seluruh mahasiswa ITP 2013 sudah berkumpul di kampus Bakrie untuk
berangkat bersama. Perjalanan dari
Jakarta ke Subang terbilang lancar. Namun, lokasi PTPN yang sulit ditemui
membuat perjalanan kami menjadi lama hingga menghabiskan waktu 4 jam di
perjalanan.
Rasa
lelah selama perjalanan segera terbayar saat tiba di PTPN. Sesampainya disana,
kami disambut dengan ramah oleh seorang petugas PTPN. Kemudian, kami segera diajak
untuk berkeliling perkebunan teh dengan luas ±3000 hektar tersebut. Semilir
angin dingin yang menyapu wajah kami dan awan mendung membuat suasana kebun teh
yang terasa sejuk menjadi lebih sejuk, sehingga kami semakin antusias mendengarkan
penjelasan terkait tanaman teh dan pemilihan daun teh terbaik dari petugas
PTPN. Salah satu alasan lokasi perkebunan teh yang selalu dingin yaitu sifat
daun teh yang bersifat higroskopis yang dapat menyerap udara dingin.

Gambar
1. Daun teh dipilih dari 3-5 daun teh dari pucuknya
“Teh
terbaik di pilih untuk menghasilkan minuman teh yang berkualitas baik. PTPN
bergerak di produksi teh hitam untuk masyarakat sekitar dan ekspor dunia
seperti Eropa Timur dan Amerika. Teh hitam dipilih dari 3-5 daun teh yang
berada pada pucuknya. Setiap 4 tahun sekali, tanaman teh dipangkas daun bagian
atasnya, agar diperoleh daun teh muda kembali. Tanaman teh hanya dapat tumbuh
di dataran tinggi yaitu ±1100 dpl dan bersuhu 15-20ºC”, terang petugas PTPN.
Ditengah
perjalanan kami berkeliling perkebunan teh PTPN, kami sempatkan diri untuk
berfoto ria bersama-sama.

Gambar
2. Foto bersama di tengah perkebunan teh
Setelah
puas berkeliling perkebunan teh, kami diajak menuju tempat produksi. Selama
perjalanan ke tempat produksi, beberapa mahasiswa masih antusias bertanya
mengenai pohon yang ada di sekitar tanaman teh dan hama atau penyakit yang
biasa menyerang tanaman teh. Berikut pemaparan petugas PTPN tersebut,
“Pohon-pohon yang sering terlihat diantara tanaman teh biasanya adalah pohon
jati yang sengaja ditanam. Fungsinya untuk menangkal hama, karena biasanya hama
menyerang pohon yang paling tinggi dahulu sebelum menyerang tanaman yang lebih
rendah. Hama tanaman teh berbeda ketika musim panas dan musim hujan. Pada musim
panas hama yang dijumpai adalah ulat, sedangkan pada musim hujan, pemukaan
bawah daun teh dijumpai bintik-bintik berwarna putih yang membuat air hujan
tidak jatuh”.
Sesampainya
di tempat pengolahan daun teh, perhatian kami terfokus pada konveyor gantung
yang mengangkut daun teh pasca pemetikan kemudian di distribusikan ke dalam
ruang produksi di lantai 2. Ruang produksi dibagi menjadi 2 lantai. Lantai
pertama dikhususkan untuk mesin-mesin pengolahan, sedangkan kontrol dan proses
pelayuan di lakukan di lantai 2.
Disana,
kami dipertemukan dengan seorang konsultan PTPN. Dengan sangat rinci, kami
diterangkan seluruh proses pengolahan teh mulai dari daun teh pasca pemetikan
hingga teh yang sudah di kemas.

Gambar
3. Petugas PTPN sedang mempersiapkan konveyor gantung

Gambar
4. Konveyor gantung yang mengangkut daun teh pasca pemetikan
Proses
pengolahan daun teh terdiri dari 7 tahapan yang dimulai dari Pemanenan dan Pemetikan. Daun teh
terbaik dipanen dan dipetik kemudian diangkut menggunakan konveyor gantung
menuju tahapan-tahapan berikutnya. Selanjutnya, dilakukan proses pelayuan yang dimaksudkan untuk
menurunkan kandungan air yang terkandung pada daun teh menjadi 25%. Penggilingan merupakan tahapan
berikutnya yang hasilnya berupa teh bubuk (powder).
Daun teh digiling dan diayak sebanyak 4 kali untuk memperoleh teh powder yang baik. Fermentasi menjadi salah satu tahapan penting dalam pengolahan teh.
Fermentasi dilakukan secara alami (tanpa penambahan starter) yang dimaksudkan
untuk mengeluarkan komponen-komponen khas pada teh (aroma, rasa, dan warna)
agar menjadi teh dengan kualitas terbaik dan diterima konsumen. Teh mengandung
komponen polifenol yang merupakan
antioksidan dan dipercaya dapat menangkal radikal bebas. Fermentasi ini dilakukan
pada suhu 22ºC selama 1 jam. Setelah proses fermentasi, teh kemudian dipisahkan
dan dipilih pada tahapan sortasi. Sortasi
dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis dan ukuran partikel. Tahapan
terakhir pengolahan teh yaitu packaging. Packaging yang digunakan yaitu
plastik dan alumunium foil.

Gambar
5. Ruang Penggilingan Teh

Gambar
6. Fermentasi daun teh

Gambar
7. Ruang Pengeringan

Gambar
8. Ruang Pengemasan
Setelah
melihat-lihat proses pengolahan teh dan mendengar penjelasan dari konsultan
PTPN, kami diajak melintasi laboratorium dan beberapa pajangan sertifikat
penghargaan yang diraih PTPN. PTPN telah memiliki sertifikasi halal dan menjadi
perusahaan teh terbaik dengan predikat ortodoks.
Kunjungan
di PTPN diakhiri dengan penjamuan teh oleh PTPN untuk mahasiswa dan rombongan
kami. Teh yang dihidangkan masih sangat fresh
from the garden dan aroma tehnya
masih sangat terasa alami.
Seluruh
rangkaian kunjungan di PTPN diakhiri mahasiswa dan rombongan dengan belanja teh
walini produksi PTPN. Menurut keterangan seorang petugas PTPN disana, teh
walini hanya didistribusikan untuk warga sekitar dengan alasan menjaga
keaseliannya. Salah satu keunikkan teh walini yang berbeda dengan teh lainnya adalah
teh walini memiliki beberapa rasa seperti mint,
apel, leci, jahe, dan blackcurrant. Petugas
PTPN yang melayani kami berbelanja juga memberikan tips membedakan teh yang
menggunakan essens dan tidak
menggunakan essens. Teh yang
menggunakan essens aroma tehnya sudah
tercium bahkan sebelum kemasannya terbuka (kemasan beraroma teh), sedangkan teh
yang tidak menggunakan essens
kemasannya tidak tercium aroma teh.

Gambar
9. Teh Walini dengan beberapa rasa
Setelah
kunjungan ke PTPN, akhirnya kami kembali ke Jakarta dengan perasaan senang dan
beruntung. Bagaimana tidak, kunjungan kami kali ini sebenarnya adalah
praktikum, namun lebih terasa seperti jalan-jalan dan ditambah mendapat banyak
ilmu mengenai pengolahan teh yang baik. Semoga ilmu yang kami peroleh kelak
bermanfaat dan teh walini tidak hanya bisa di nikmati di Subang saja, tetapi
juga di Jakarta dan seluruh Indonesia.
Sekian
praktikum rasa jalan-jalan ITP 2013 kali ini.
Tetap
semangat dan Salam Pangan!^^/
Website Universitas Bakrie dan Ilmu dan Teknologi Pangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar